Kamis, 05 November 2015

kesenian dul muluk adalah pendidikan karakter

PENDAHULUAN

Setiap kali membicarakan pendidikan, maka yang terlintas di benak kebanyakan orang adalah belajar didalam kelas mempelajari matematika, bahasa inggris, kimia, fisika, geografi dan ilmu-ilmu umum  lainnya. Proses pendidikan itu sendiri tidak hanya memberikan ilmu-ilmu yang telah dijadikan kurikulum oleh instansi pendidikan kepada peserta didik, tetapi juga membentuk watak, moral dan pengembangan potensi diri dari peserta didik itu sendiri sehingga linierlah antara apa yang seharusnya terjadi pada dunia pendidikan kita saat ini dengan jabaran UUD 1945 tentang pendidikan yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan,
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." ( 2003:4).
Kondisi pendidikan yang terjadi saat ini cendrung sentralistik dan birokratik memfokuskan pada pendidikan formal, sedangkan untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional tidak cukup melalui instansi pendidikan formal saja tetapi juga melibatkan kehidupan sosial sekitar. sesuai  pandangan tilaar dalam bukunya menegaskan pendidikan harus diarahkan ke perencanaan partisipatoris yang meminta ikut serta masyarakat, orang tua, bahkan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan nasional (Tilaar,1992:06). Jadi proses pendidikan itu sendiri tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi pintar juga harus bisa membentuk karakter diri yang lebih baik.
Jika melihat kembali lagi ke belakang, sebenarnya apa yang dilakukan oleh masyarakat pada zaman dahulunya telah menjalani proses pendidikan yang sebenarnya dapat dilihat dari setiap kesenian-keseniannya. Setiap kesenian daerah di nusantara tidak lepas dari sebuah pesan moral, pendidikan karakter sesuai dengan ketimuran. Salah satu kesenian tradisi daerah yang memberikan pesan moral adalah teater rakyat Dul muluk, Dul muluk merupakan teater rakyat masyarakat Riau dan Sumatera Selatan. Tetapi pada era teknologi komunikasi informasi, seni drama sebagai produk budaya berada pada posisi yang sering terabaikan. Produk-produk kesenian lainnya seperti film, musik dan tari mendapat perhatian dan apresiasi lebih besar dari masyarakat karena lebih mudah dijangkau, baik dalam bentuk pertunjukan langsung maupun melalui siaran televisi ( Pratiwi dan Siswiyanti, 2014:9 ), kondisi ini tidak jauh beda dengan keberadaan teater daerah Dul muluk Palembang di tengah-tengah masyarakatnya.
Salah satu versi tentang sejarah Dul muluk, teater ini bermula dari syair Raja Ali Haji sastrawan yang pernah bermukim di Riau, sejalan perkembangannya teater ini  menyebar ke daerah melayu hingga masuk ke Palembang dimana pertunjukan itu mulai dikenal sebagai Dul muluk pada awal abad ke-20. Awal mula terbentuknya teater ini adalah berupa pembacaan syair oleh seorang yang bernama Wan Bakar yang bertempat tinggal di Kampung Tangga Takat (sekarang 16 Ulu) Palembang pada tahun 1854. Wan Bakar adalah seorang pedagang keliling keturunan Arab yang sering melakukan perjalanan berdagang ke Singapura, Negeri Johor Malaysia, Kepulauan Riau, dan Pulau Bangka. (Dalyono dan Saleh, 1996:16).
Pertunjukan teater rakyat Dul muluk dipentaskan oleh masyarakat Palembang biasanya pada acara-acara hajatan pernikahan, kitanan, dan acara-acara event kesenian. Ada beberapa naskah yang diceritakan pada teater Dul muluk ini antara lain, lakon Zainal abidinsyah, Zubaidah Siti, Sultan Abdul Muluk Pribadi dan Muaro Keramo, konsep pertunjukannya hampir sama dengan wayang orang. Ceritanya juga cenderung serius dan sesuai dengan alur cerita, sesuai perkembangannya alur cerita yang serius telah di selipkan humor didalamnya yang dinamakan hadam untuk menghibur penonton.
Dalam pertunjukan kesenian teater rakyat Dul muluk yang mana didalamnya terdapat cerita lakon yang dimainkan oleh aktor langsung, terdapat syair-syair melayu yang memberikan pesan moral dan lagu-lagu melayu. Bentuk pertunjukan dul muluk tidak jauh beda dengan teater-teater daerah lainnya seperti pertunjukan wayang orang, lenong di betawi, penontonpun bisa membalas dialog dari para aktor Dul muluk. Dari pertunjukan ini penonton tidak hanya terhibur pada saat pertunjuan, tetapi penonton dapat membawa pulang pesan-pesan sosial yang ada di pertunjukan Dul muluk tersebut. Jikalau dikaitkan dengan tujuan pendidikan nasional, maka Dul muluk yang merupakan salah satu kesenian tradisi daerah Palembang dapat menjadi media pembelajaran partisipatori masyarakat dalam membangun karakter bangsa yang lebih baik, maka dapat dirumuskan permasalahan bagaiamaa teater daerah Dul muluk Palembang sebagai media pembelajaran karakter,  dengan demikian perlu kiranya untuk menganalisis lebih jauh bentuk pertunjukan teater daerah Dul muluk Palembang dengan menginter-pretasikan mengunakan teori. Disetiap kehidupan manusia sebenarnya sudah menciptakan dan memakai teori. Orang yang paling erat hubungannya dengan kegiatan praktek sekalipun tetap berpegang pada fakta dan harus menginter-pretasikannya sehingga relevan baginya demikian pendapat Jhonson (dalam Dhony, 2014:16). Konsep teori dramaturgi dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk membedah bentuk pertunjukan teater Dul muluk. Dramaturgi merupakan serapan atau pungutan dari bahasa Belanda dramaturgie yang berarti ajaran tentang seni drama atau dari bahasa Inggris dramaturgy yang berarti seni atau tekhnik penulisan drama dan penyajiannya dalam bentuk teater (Harymawan, 1993: iii). Berdasarkan pengertian ini, maka dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga pementasannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dramaturgi adalah sebuah teori yang mempelajari seluk beluk cerita dan naskah skenario yang di dalamnya terdapat studi struktur dramatik, plot atau alur cerita, tema, dan amanat, penokohan dan setting atau peristiwa. Dari sekian banyak cerita yang dimainkan dalam teater daerah Dul muluk, salah satunya adalah cerita Zainal Abidinsyah yang didalamnya banyak mengandung pesan-pesan moral yang mengarah ke pendidikan karakter masyarakat palembang.     
Untuk mengetahui bagaimana peran teater daerah Dul muluk Palembang sebagai media pembelajaran karakter sesuai pandangan Endraswara bahwa drama adalah karya sastra dialogis. Karya ini tidak turun begitu saja dari langit. Drama hadir atas dasar imajinasi terhadap hidup kita. Keserakahan sering menjadi momentum penting dalam drama. Inti drama, tidak lepas dari sebuah tafsir kehidupan. Bahkan apabila dinyatakan, drama sebagai tiruan (mimetik) terhadap kehidupan juga tidak keliru. Detail atau tidak, dia berusaha memotret kehidupan secara imajinatif( Endraswara, 2011:16), untuk itu perlu pembahasan yang lebih jauh tentang teater Dul muluk palembang.


PEMBAHASAN
Bentuk Penyajian Teater Daerah Dul muluk
Dul muluk dapat digolongkan kedalam seni pertunjukan karena merupakan salah satu jenis teater tradisional yang digarap dalam bentuk pertunjukan atau dipertontonkan kepada masyarakat luas. Dul muluk dipertunjukan atau dipertontonkan oleh masyarakat Palembang biasanya pada acara kenduri, acara-acara nasional juga pada event-event yang diadakan. Pergelaran diadakan semalam suntuk yang dimulai biasanya setelah sholat isya hingga sebelum sholat subuh, namun seiring dengan perkembangannya teater daerah Dul muluk sekarang bisa disesuaikan dengan kebutuhan seperti bisa dijadikan dengan durasi 30 menit s/d 120 menit.
Biasanya pertunjukan Dul muluk dipertunjukan di arena atau lapang terbuka jika tidak mempunyai panggung dan dibelakangnya ada tempat berhias yang juga berfungsi sebagai ruang tunggu bagi para pemain. Tempat berhias yang dinamakan jubung, jubung ini teridiri dari bagian tanah lapang yang dikelilingi dengan pembatas dari empang (alat menangkap ikan). Jika tidak ada empang dan jubung ini biasanya dibatasi dengan daun-daun atau tikar. Di tengah arena lapangan tempat bermain ada beberapa buah tempat duduk para pemain yang terdiri dari bahan-bahan apa adanya seperti lesung tempat menumbuk padi, kaleng bekas, kotak kayu, dan lain-lain. Para pemain duduk berhadap-hadapan sehingga penonton hanya melihat punggung-nya saja. Di arena tempat bermain dan jubung tempat berhias, terdapat seperangkat musik pengiring (Dalyono dan Saleh dalam Dhony, 2014 : 40).
Pergelaran teater daerah Dul muluk dimulai dengan penampilan musik sebagai tanda pertunjukan dimulai. Para pemain musik ini disebut panjak, yang terdiri dari empat orang, yaitu: pemain biola, penabuh jidor, bande atau tetawak (gong), gendang besar. Lagu yang dibawakan awal pertunjukan adalah tembang kisoh[1] atau bekisoh yang dibawakan oleh seorang penyanyi dari dalam jubung[2], lain hal dalam istilah dramaturgi jubung disebut panggung belakang (back stage) adalah ruang dimana berjalan skenario pertunjukan oleh tim, sehingga penyanyi tidak tampak oleh penonton, yang terdengar hanya suaranya saja. Kisoh merupakan persamaan struktur yang nampak pada Teater Bangsawan
Setelah kisoh ditembangkan, dilanjutkan dengan penampilan bermas[3] memasuki arena pentas untuk menghibur penonton. Bermas adalah salam pembuka dan penutup pada pementasan teater Dul muluk. Bermas merupakan suatu bentuk penghormatan kepada tuan rumah yang mengadakan hajatan dan para penonton yang dilakukan oleh para pemain. Dalam melakukan bermas, para pemain tampil pada posisi berdiri berdampingan, sambil bernyanyi melangkah ke kiri dan ke kanan berirama seperti gerak tari.

Para pemain Dul muluk melakukan Bermas
( Photo : Riki, Oktober 2014 )

            Setelah selesai penampilan bermas, para pemain memberi hormat kepada penonton dengan cara membungkukkan badan dan tangan disilangkan sejajar dengan perut. Demikianlah acara penghormatan kepada penonton yang disebut dengan bermas baik dilakukan pada pembukaan maupun penutup. Adegan bermas masih dilakukan hingga sekarang, hanya saja syairnya berbeda, serta ada juga yang mempergunakan syair-syair baru dan disesuaikan dengan keperluan pertunjukan. Setelah selesai bermas, dilanjutkan dengan penampilan Dul muluk dalam Lakon Zainal Abidinsyah karya Johar Saad.
Banyak cerita dalam pertunjukan teater daerah Dul muluk Palembang salah satu cerita yang ditampilkan adalah Zainal Abidinsyah yang diangkat dari Lakon Abdulmuluk Jauhari karya Johar Saad. Cerita Zainal Abidinsyah menceritakan tentang kisah seorang Raja Bermansyah yang bersifat arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan dari Negeri Kehayat Berbari yang memiliki Istri dan memiliki seorang anak yaitu Zainal Abidinsyah dan dua orang pengikut setia (abdi) yaitu Hadam 1 dan Hadam 2, dalam kisahnya raja Bermansyah sangat menyanyangi anaknya dan menghargai sekali akan pendidikan anaknya guna bekal ilmu pengetahuan karena anaknya sebagai pewaris tunggal Kerajaan Kehayat Berbari.

Dapat dijabarkan sinopsis teater daerah Dul muluk lakon Zainal Abidinsyah:
Alkisah di suatu negeri kehayat yang diperintah oleh seorang raja yang bernama Bermansyah yang arif dan bijaksana mempunyai seorang putra yang bernama Zainal Abidinsyah. Pada suatu hari Zainal Abidinsyah pulang berburu. Ia hendak meminta izin kepada orang tuanya untuk belajar ke negeri asing guna mencari ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya dimasa yang akan datang. Setelah pulang berburu ia merasa lelah dan akhirnya Zainal Abidinsyah tertidur, dan di dalam tidurnya ia bermimpi bertemu seoarang putri yang cantik jelita, namun putri itu merasa ketakutan karena dikejar-kejar oleh perampok atau Hulubalang. Tetapi Zainal Abidinsyah berhasil mengalahkan Hulubalang, dan putri pun terkagum atas keberanian Zainal Abidinsyah. Di dalam kisahnya Zainal Abidinsyah melantunkan lagu dan menari dengan sang putri. Ketika Zainal Abidinsyah terbangun dari mimpinya ia merasa sedih dan menanyakan kemana perginya putri yang ia temui.
Pada suasana kerajaan, raja Bermansyah menanyakan maksud dan tujuan hidup Zainal Abidinsyah. Lalu Zainal Abidinsyah menjawab ia ingin pergi belajar ke negeri asing dan syarat kedua Hadam (abdi) ikut serta dalam perantauannya. Tak lupa pula nasihat dan petuah permaisuri selalu ia ingat. Pedoman Zainal Abidinsyah kalau memerintah negeri tanpa ilmu pasti akan hancur negeri warisannya. Walaupun dengan berat hati kedua orang tuanya mengizinkan Zainal Abidinsyah dan kedua Hadam untuk belajar ke Negeri asing guna perjuangan negeri di masa mendatang. Pada akhir cerita seluruh kerabat istana mengantarkan kepergian Zainal Abidinsyah dan kedua Hadam untuk belajar ke negeri asing.

Dari sinopsis tersebut tokoh didalamnya tidak terlihat secara keseluruhan maka perlu dilihat tokoh-tokoh yang terdapat didalam naskah secara keseluruhan, dan Jones menyatakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, Edward H. dalam Dhony, 2014 : 45) dan berikut ini para pelaku teater Dul muluk dalam Syair Abdulmuluk Jauhari: (1) Sultan Abdulmuluk, ialah raja yang berwajah tampan, berwibawa dan gagah berani; (2) Sultan Abdulhamid Syah, ialah ayah Sultan Abdulmuluk yang berwajah tampan, berwibawa dan gagah berani; (3) Wasir Suka, ialah penasehat raja; (4) Sultan Syabudin Hindi, ialah seorang Raja dari Negeri Hindustan yang memiliki sifat jahat dan kejam (antagonis); (5) Permaisuri Siti Rofea, ialah istri pertama Sultan Adbulmuluk memiliki wajah yang cantik, dan mempunyai wibawa. Siti Rofea dalam kisahnya ikut terjun langsung membela suaminya dan melawan musuh suaminya yaitu Hulubalang 7 yang terkenal sangat jahat; (6) Permaisuri Siti Rahma, ialah istri kedua Sultan Abdulmuluk. Siti Rahma memiliki wajah yang cantik rupawan, dalam ceritanya Siti Rahma diculik oleh Sultan Syabuddin Hindi. Sultan Syabuddin sangat mengagumi Permaisuri Siti Rahma sehingga Siti Rahma diculik untuk dijadikan istrinya; (7) Siti Arohalbani, ialah istri ketiga Sultan Abdulmuluk; (8) Hulubalang, ialah perampok dan musuh Sultan Abdulmuluk memiliki wajah yang sangat menakutkan, jelek dan berwatak jahat; (9) Mak Dayang, ialah orang kepercayaan permaisuri yang memiliki sifat keibuan yang merawat dan mengasuh permaisuri; (10) Hadam, ialah pengikut setia Sultan Abdulmuluk yang memiliki sifat suka menghibur (komedian).


Teater Daerah Dul muluk Sebagai Media Pembelajaran
Teater daerah Dul muluk Palembang merupakan salah satu media pembelajaran karakter bagi masyarakatnya, sesuai dengan pandangan Supriyadi, drama atau teater sebagai sarana atau media pendidikan tidak perlu diperdebatkan lagi. Drama menjadi media pendidikan yang cukup efektif disamping lembaga-lembaga formal (Supriyadi,2013:95).  Pertunjukan teater Dul muluk mengandung nilai-nilai luhur budaya melayu Palembang yaitu pesan moral yang disisipkan lewat pertunjukan yang di sampaikan melalui dialog sang aktor dimana pesan-pesan moral ini dapat menjadi pegangan dan pedoman bagi kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai moral yang di pesankan pada pertunjukan teater Dul muluk dianggap berhasil apabila fungsinya sebagai tuntunan dan tontonan dapat disajikan dengan seimbang dan selaras. Dimana tuntunan yang dimaksud adalah tuntunan yang mengarah pada ranah pendidikan (pedagogis).

Pertunjukan Dul muluk oleh mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Palembang
( Photo : Riki, Oktober 2014 )

Penyampaian nilai-nilai moral dalam pertunjukan teater daerah Dul muluk Palembang dapat dilihat melalui tema yang diangkat dalam ceritanya, seperti tema yang diangkat dalam teater Dul muluk dalam lakonnya Zainal Abidinsyah termasuk tema tradisional, karena diangkat dari karya sastra lama yaitu syair Abdulmuluk yang dikembangkan lagi ke dalam teater masa kini. Lakon Zainal Abidinsyah lebih mengutamakan tema sosial yaitu pandangannya terhadap dunia pendidikan, petuah dan nasihat orang tua, kepatuhan terhadap orang tua, mencintai dan menghargai arti sebuah kesetiaan, serta tidak melupakan agama karena agama merupakan pedoman menuntun kebaikan.

Potongan naskah dalam adegan teater daerah Dul muluk dengan tema utama (mayor) yang terdapat dalam naskah dialog lakon Zainal Abidinsyah:
Pengawal masuk ke dalam, tak lama kemudian Sultan Abidinsyah keluar bersama pengawal.
Abidinsyah:                 Ananda hadir Ayahanda dan Ibunda.
R. Bermansyah:           Ananda Abidinsyah, Ayahanda bertanya tentang dirimu, coba kau uraikan kepada Ayahanda dan Ibunda supaya kami dapat keterangan darimu.
Abidinsyah:                 Daulat Ayahanda dan Ibunda, semenjak ananda dibesarkan, dari kecil sampai dewasa, cukup semua tidak ada kekurangan, apalagi ilmu yang diberikan oleh Guru kepada Ananda, sudah semua ananda pelajari sama sekali, begitu saja ananda kepada Ayahanda, bunda di dalam negeri.
Permaisuri:                  Ananda Abidinsyah begitulah seorang anak harus patuh terhadap guru, selain kedua orang tua, dan apalagi yang ananda pinta kepada Ibunda, pasti kami kabulkan, jangan saja meminta bulan dan bintang.
Abidinsyah:                 Duli Ibunda, ananda minta izin kepada Ayahanda dan Ibunda, ananda ingin sekali belajar ke Negeri Asing untuk menambah pengetahuan nantinya kalau ananda memerintah tidak banyak mempunyai ilmu pasti akan hancur Negeri warisanmu Ayahanda.
R. Bermansyah:           Anakku Abidinsyah, benar sekali apa katamu belajar sangatlah berguna dalam hidup, dari kita lahir hingga kita meninggal, dalam hidup kita wajib belajar. Belajar apa saja yang berguna, berguna bagi diri sendiri, ataupun untuk orang lain. Apalagi engkau nantinya akan menjadi pemimpin. Baiklah Ayahanda izinkan engkau belajar ke Negeri Asing setelah selesai pelajaranmu cepatlah kembali.
Permaisuri:                  Anakku Abidinsyah kalau jadi pemimpin, hadis dan dalil hendaklah yakin. Binalah olehmu orang yang miskin supaya dirimu jadi terjamin. Di dalam Al-quran ada firman: hadis dan dalil adalah pedoman janganlah jalan kezoliman supaya negeri makmur dan aman. Kalau kau nanti duduk di atas tahta, engkau janganlah dusta, bangunlah desa dan kota supaya dinikmati rakyat semesta.           
R. Bermansyah:           Anakku Abidinsyah ketiga dusun Tanjung Balai, termasuk juga Tanjung Agas, kau bekerja janganlah lalai, hati-hatilah menjalankan tugas, kau adalah generasi muda, harapan kami penerus perjuangan di dalam Negeri.
Abidinsyah:                 Terima kasih Ayahanda dan Ibunda pesan dan nasihat akan ananda sematkan di dalam hati, jika berjalan kujadikan tongkat jika tidur kujadikan bantal.
R. Bermansyah:           Pengawal kau panggil kedua Hadam datang kemari.

Dapat di lihat pada potongan-potongan dialog tersebut pesan moral yang disampaikan yaitu pesan menghargai orang yang lebih tua termasuk patuh kepada guru, juga sebuah motifasi untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi kepada generasi muda. Tidak hanya itu pesan moral yang disampaikan pada potongan kecil dialog diatas tidak luput pula sebuah pesan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik.
Salah satu adegan Dul muluk cerita Zainal Abidinsyah
( Photo : Riki, September 2014 )

            Begitu juga pada tokoh-tokoh yang ada dalam teater daerah Dul muluk, tokoh berperan sebagai orang yang terpelajar atau intelektual di mana ia dapat bertindak sebagai seorang pendidik atau guru yang dapat menyampaikan pesan moral yang baik kepada masyarakat pendukungnya. Salah satu pesan pendidikan atau pesan moral dalam pertunjukan teater Dul muluk yang disajikan di kota  Palembang pada sebuah event, berupa ajakan kepada masyarakat agar mewajibkan belajar pada anaknya selama 12 tahun yang disampaikan melalui dialog tokoh Hadam 1 dan Hadam 2. Tokoh Hadam di dalam teater Dul muluk merupakan tokoh yang bersifat sebagai penghibur atau lawakan, adapun dialog yang disampaikan adalah sebagai berikut.
Hadam 2:        Hai wakyeng, (menghampiri Wakyeng bersalaman) apa kabar?
Hadam 1:        Aiy baik-baik bae Mangdul, mak mano kabar kau pulok?
Hadam 2:        Syukurlah Wak Yeng, pertamo kito samo-samo sehat, makonyo kito harus mensyukuri nikmat sehat. Karena dengan sehat, kito biso begawe. Bener dak Mangdul.
Hadam 1:        Bener nian Wakyeng, cubo kalau kito sakit, idak pacak sekolah, rugi kito, karena belajar itu, sangat….sangat penting untuk masa depan kito, dan bangsa kito ini.
Hadam 2:        Bener… bener itu, bayangke bae, kalau rakyat negeri ini bodoh cakmano masa depan bangso kito.
Hadam 1:        Iyo nian, makonyo, mak ini pemerintah menggiatkan wajib belajar 12 tahun, supayo paling idak rakyat negeri ini bisa tamat SMA galo, jadi idak terlalu bodoh nian.
Hadam 2:        Mak ini kesempatan buat rakyat negeri ini. Makonyo jangan disio-sioke, cepetlah yang punya anak umur 7 sampai 12 tahun, jangan tidak disekolahke, bener idak Wakyeng?
Hadam 1:        Betul ! ini kito sekedar ngingetke pada rakyat negeri ini.

            Beberapa contoh dialog yang telah disampaikan oleh tokoh Hadam 1 dan Hadam 2 terdapat pesan moral atau pesan pendidikan yang mengangkat atau mendorong dengan memberikan motifasi agar mengindahkan pendidikan dan memberikan harapan kepada generasi penerus karena pendidikan yang baik adalah jaminan masa depan bangsa dan negara. 

PENUTUP
Teater Dul muluk mempunyai aspek-aspek daya tarik yang melebihi dari teater mula seperti yang sudah disajikan dalam bentuk panggung, cerita divisualisasikan secara verbal dalam bentuk penokohan, adegan, musik, kostum, sehingga masyarakat menjadi sangat tertarik. Dimana teater daerah Dul muluk palembang merupakan cerminan kehidupan masyarakat palembang yang dapat menjadi panutan dan pembelajaran bagi generasi penerus pada masyarakat palembang sendiri, jika dilihat dari sisi pendidikannya pertunjukan teater Dul muluk banyak mengandung nilai-nilai moral yang baik terhadap pengembangan karakter bangsa untuk lebih baik. dengan melestarikan dan mempertahankan kesenian tradisi teater rakyat Dul muluk sebenarnya telah menjalankan tujuan pendidikan nasional sepenuhnya. Sedangkan kondisi pendidikan yang terjadi saat ini cendrung sentalistik dan birokratik memfokuskan pada pendidikan formal, sedangkan untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional tidak cukup melalui instansi pendidikan formal saja tetapi juga melibatkan kehidupan sosial sekitar.
Pertunjukan Dul muluk yang telah menjadi populer di kalangan masyarakat itu menjadi media yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan atau misi-misi yang diharapkan oleh pendidik dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk itu perlunya perhatian dan pelestarian terhadap kesenian tradisi teater daerah Dul muluk lebih lanjut, sehingga salah satu media pembelajaran karakter bangsa akan tercapai.





KEPUSTAKAAN
Depdiknas. 2003. UU Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.

Dhony, Nugroho Notosutanto Arhon. 2014. Tesis “bentuk dan struktur pertunjukan teater dulmuluk dalam lakon zainal abidinsyah di palembang”. Surakarta: ISI Surakarta.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama ( Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian ). Yogyakarta: P T Buku Seru.

Harymawan,Rma. 1986. Dramaturgi. Bandung: PT Rosdakarya.

Saleh, Abdullah dan Dalyono. R. 1996. Kesenian Tradisional Palembang Teater Dulmuluk. Palembang: Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kotamadia Palembang.

Supriyadi. 2013. Teori dan Apresiasi Drama/Teater. Palembang: Maheda Utama jaya.

Tilaar, H.A.R. 1992. Manajemen Pendidikan Nasional kajian pendidikan masa   depan. Bandung:  PT Remaja Rosdakarya.

Pratiwi, Yni & Siswiyanti, Farida. 2014. Teori Drama dan Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Ombak.



[1]Tembang Kisoh adalah pantun yang dinyanyikan pada awal pergelaran Dulmuluk diadakan (Udin, Wawancara: 01 Maret 2014 dalam Dhony, 2014: 35.).
[2] Jubung adalah bagian belakang pentas, ruang tempat berhias yang juga berfungsi sebagai ruang tunggu bagi para pemain (Dalyono dan Saleh, dalam dalam Dhony, 2014: 36.).
[3] Bermas adalah salam pembuka dan penutup dalam pementasan Teater Dulmuluk (Dalyono dan saleh, dalam Dhony, 2014: 37.).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar