PENDAHULUAN
Setiap kali membicarakan
pendidikan, maka yang terlintas di benak kebanyakan orang adalah belajar
didalam kelas mempelajari matematika, bahasa inggris, kimia, fisika, geografi
dan ilmu-ilmu umum lainnya. Proses
pendidikan itu sendiri tidak hanya memberikan ilmu-ilmu yang telah dijadikan
kurikulum oleh instansi pendidikan kepada peserta didik, tetapi juga membentuk
watak, moral dan pengembangan potensi diri dari peserta didik itu sendiri
sehingga linierlah antara apa yang seharusnya terjadi pada dunia pendidikan
kita saat ini dengan jabaran UUD
1945 tentang pendidikan
yang
dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan,
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." ( 2003:4).
Kondisi pendidikan yang terjadi
saat ini cendrung sentralistik dan birokratik memfokuskan pada pendidikan
formal, sedangkan untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional tidak cukup
melalui instansi pendidikan formal saja tetapi juga melibatkan kehidupan sosial
sekitar. sesuai pandangan tilaar dalam
bukunya menegaskan pendidikan harus diarahkan ke perencanaan partisipatoris
yang meminta ikut serta masyarakat, orang tua, bahkan peserta didik dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional (Tilaar,1992:06). Jadi proses pendidikan itu
sendiri tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi pintar juga harus bisa
membentuk karakter diri yang lebih baik.
Jika melihat kembali lagi ke
belakang, sebenarnya apa yang dilakukan oleh masyarakat pada zaman dahulunya
telah menjalani proses pendidikan yang sebenarnya dapat dilihat dari setiap
kesenian-keseniannya. Setiap kesenian daerah di nusantara tidak lepas dari
sebuah pesan moral, pendidikan karakter sesuai dengan ketimuran. Salah satu
kesenian tradisi daerah yang memberikan pesan moral adalah teater rakyat Dul muluk, Dul muluk merupakan teater rakyat masyarakat Riau dan Sumatera
Selatan. Tetapi pada era teknologi komunikasi informasi, seni drama sebagai
produk budaya berada pada posisi yang sering terabaikan. Produk-produk kesenian
lainnya seperti film, musik dan tari mendapat perhatian dan apresiasi lebih
besar dari masyarakat karena lebih mudah dijangkau, baik dalam bentuk
pertunjukan langsung maupun melalui siaran televisi ( Pratiwi dan Siswiyanti,
2014:9 ), kondisi ini tidak jauh beda dengan keberadaan teater
daerah Dul muluk Palembang di
tengah-tengah masyarakatnya.
Salah satu versi tentang
sejarah Dul muluk, teater ini bermula
dari syair Raja Ali Haji sastrawan yang pernah bermukim di Riau, sejalan
perkembangannya teater ini menyebar ke
daerah melayu hingga masuk ke Palembang dimana pertunjukan itu mulai dikenal
sebagai Dul muluk pada awal abad
ke-20. Awal mula terbentuknya teater ini adalah berupa pembacaan
syair oleh seorang yang bernama Wan Bakar yang bertempat tinggal di Kampung Tangga Takat (sekarang 16 Ulu) Palembang pada tahun 1854. Wan Bakar
adalah seorang pedagang keliling
keturunan Arab yang sering melakukan perjalanan berdagang ke Singapura, Negeri
Johor Malaysia, Kepulauan Riau, dan Pulau Bangka. (Dalyono dan Saleh, 1996:16).
Pertunjukan teater rakyat Dul muluk dipentaskan oleh masyarakat
Palembang biasanya pada acara-acara hajatan pernikahan, kitanan, dan
acara-acara event kesenian. Ada
beberapa naskah yang diceritakan pada teater Dul muluk ini antara lain, lakon Zainal abidinsyah, Zubaidah Siti,
Sultan Abdul Muluk Pribadi dan Muaro Keramo, konsep pertunjukannya hampir sama
dengan wayang orang. Ceritanya juga cenderung serius dan sesuai dengan alur
cerita, sesuai perkembangannya alur cerita yang serius telah di selipkan humor
didalamnya yang dinamakan hadam untuk
menghibur penonton.
Dalam pertunjukan kesenian
teater rakyat Dul muluk yang mana
didalamnya terdapat cerita lakon yang dimainkan oleh aktor langsung, terdapat
syair-syair melayu yang memberikan pesan moral dan lagu-lagu melayu. Bentuk
pertunjukan dul muluk tidak jauh beda dengan teater-teater daerah lainnya
seperti pertunjukan wayang orang, lenong di betawi, penontonpun bisa
membalas dialog dari para aktor Dul muluk.
Dari pertunjukan ini penonton tidak hanya terhibur pada saat pertunjuan, tetapi
penonton dapat membawa pulang pesan-pesan sosial yang ada di pertunjukan Dul muluk tersebut. Jikalau dikaitkan
dengan tujuan pendidikan nasional, maka Dul
muluk yang merupakan salah satu kesenian tradisi daerah Palembang dapat
menjadi media pembelajaran partisipatori masyarakat dalam membangun karakter
bangsa yang lebih baik, maka dapat dirumuskan permasalahan bagaiamaa teater daerah
Dul muluk Palembang sebagai
media pembelajaran karakter, dengan
demikian perlu kiranya untuk menganalisis lebih jauh bentuk pertunjukan teater daerah Dul muluk Palembang dengan
menginter-pretasikan mengunakan teori. Disetiap kehidupan manusia sebenarnya sudah
menciptakan dan memakai teori.
Orang yang paling erat hubungannya dengan kegiatan praktek
sekalipun tetap berpegang pada fakta dan harus menginter-pretasikannya sehingga relevan baginya
demikian pendapat Jhonson (dalam Dhony, 2014:16). Konsep teori
dramaturgi dalam
penelitian ini sangat diperlukan untuk membedah bentuk pertunjukan teater Dul
muluk. Dramaturgi merupakan serapan atau pungutan dari
bahasa Belanda dramaturgie yang
berarti ajaran tentang seni drama atau dari bahasa Inggris dramaturgy yang berarti seni atau
tekhnik penulisan drama dan penyajiannya dalam bentuk teater (Harymawan,
1993: iii). Berdasarkan pengertian ini, maka dramaturgi
membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga
pementasannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dramaturgi adalah
sebuah teori yang mempelajari seluk beluk cerita dan naskah skenario yang di
dalamnya terdapat studi struktur dramatik, plot atau alur cerita, tema, dan
amanat, penokohan dan setting atau peristiwa. Dari sekian banyak cerita yang
dimainkan dalam teater daerah Dul muluk, salah
satunya adalah cerita Zainal Abidinsyah
yang didalamnya banyak mengandung pesan-pesan moral yang mengarah ke pendidikan
karakter masyarakat palembang.
Untuk mengetahui bagaimana
peran teater daerah Dul muluk Palembang
sebagai media pembelajaran karakter sesuai pandangan Endraswara
bahwa drama adalah karya sastra dialogis. Karya ini tidak turun begitu saja
dari langit. Drama hadir atas dasar imajinasi terhadap hidup kita. Keserakahan
sering menjadi momentum penting dalam drama. Inti drama, tidak lepas dari
sebuah tafsir kehidupan. Bahkan apabila dinyatakan, drama sebagai tiruan
(mimetik) terhadap kehidupan juga tidak keliru. Detail atau tidak, dia berusaha
memotret kehidupan secara imajinatif( Endraswara, 2011:16), untuk itu
perlu pembahasan yang lebih jauh tentang teater Dul muluk palembang.
PEMBAHASAN
Bentuk
Penyajian Teater Daerah Dul muluk
Dul
muluk dapat
digolongkan kedalam seni pertunjukan karena merupakan salah satu jenis teater
tradisional yang digarap dalam bentuk pertunjukan atau dipertontonkan kepada
masyarakat luas. Dul muluk dipertunjukan
atau dipertontonkan oleh masyarakat Palembang biasanya pada acara kenduri, acara-acara
nasional juga pada event-event yang diadakan. Pergelaran diadakan semalam
suntuk yang dimulai biasanya setelah sholat isya
hingga sebelum sholat subuh, namun seiring
dengan perkembangannya teater daerah Dul
muluk sekarang bisa disesuaikan dengan kebutuhan seperti bisa dijadikan
dengan durasi 30 menit s/d 120 menit.
Biasanya pertunjukan Dul muluk dipertunjukan di arena atau lapang
terbuka
jika tidak mempunyai panggung dan
dibelakangnya ada tempat berhias yang juga berfungsi sebagai ruang tunggu bagi
para pemain. Tempat berhias yang dinamakan jubung, jubung ini teridiri dari bagian tanah
lapang yang dikelilingi dengan pembatas dari empang (alat menangkap ikan). Jika
tidak ada empang dan jubung ini
biasanya dibatasi dengan daun-daun atau tikar. Di tengah arena lapangan tempat
bermain ada beberapa buah tempat duduk para pemain yang terdiri dari
bahan-bahan apa adanya seperti lesung tempat menumbuk padi, kaleng bekas, kotak
kayu, dan lain-lain. Para pemain duduk berhadap-hadapan sehingga penonton hanya
melihat punggung-nya saja. Di arena tempat bermain dan jubung tempat berhias, terdapat seperangkat musik pengiring (Dalyono dan Saleh dalam Dhony,
2014 : 40).
Pergelaran teater daerah Dul muluk
dimulai dengan penampilan musik sebagai tanda pertunjukan dimulai. Para pemain
musik ini disebut panjak, yang
terdiri dari empat orang, yaitu: pemain biola, penabuh jidor, bande atau tetawak (gong), gendang besar. Lagu yang dibawakan
awal pertunjukan adalah tembang kisoh[1] atau bekisoh yang dibawakan oleh seorang penyanyi dari dalam jubung[2], lain
hal dalam istilah dramaturgi jubung disebut panggung belakang (back
stage) adalah ruang dimana berjalan skenario pertunjukan
oleh tim, sehingga penyanyi tidak tampak oleh penonton, yang terdengar hanya
suaranya saja. Kisoh
merupakan persamaan
struktur yang nampak pada Teater Bangsawan.
Setelah kisoh ditembangkan, dilanjutkan
dengan penampilan bermas[3] memasuki arena pentas untuk menghibur penonton. Bermas adalah salam pembuka dan penutup pada pementasan teater Dul muluk. Bermas merupakan suatu bentuk penghormatan kepada tuan rumah
yang mengadakan hajatan dan para penonton yang dilakukan oleh para pemain. Dalam melakukan bermas,
para pemain tampil pada posisi
berdiri berdampingan, sambil bernyanyi melangkah ke kiri dan ke kanan berirama
seperti gerak tari.

Para
pemain Dul muluk melakukan Bermas
( Photo
: Riki, Oktober 2014 )
Setelah
selesai penampilan bermas, para pemain memberi hormat
kepada penonton dengan cara membungkukkan badan dan tangan disilangkan sejajar
dengan perut. Demikianlah acara penghormatan kepada penonton yang disebut dengan bermas baik dilakukan pada pembukaan maupun penutup. Adegan bermas masih
dilakukan hingga sekarang, hanya saja syairnya berbeda, serta ada juga yang
mempergunakan syair-syair baru dan disesuaikan dengan keperluan pertunjukan.
Setelah selesai bermas, dilanjutkan dengan penampilan Dul
muluk dalam Lakon Zainal
Abidinsyah karya Johar Saad.
Banyak cerita dalam pertunjukan
teater daerah Dul muluk Palembang
salah satu cerita yang ditampilkan adalah Zainal
Abidinsyah yang diangkat dari Lakon Abdulmuluk
Jauhari karya Johar Saad. Cerita Zainal
Abidinsyah menceritakan tentang kisah seorang Raja Bermansyah yang bersifat
arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan dari Negeri Kehayat Berbari yang
memiliki Istri dan memiliki seorang anak yaitu Zainal Abidinsyah dan dua orang
pengikut setia (abdi) yaitu Hadam 1 dan Hadam 2, dalam kisahnya raja Bermansyah
sangat menyanyangi anaknya dan menghargai sekali akan pendidikan anaknya guna
bekal ilmu pengetahuan karena anaknya sebagai pewaris tunggal Kerajaan Kehayat
Berbari.
Dapat dijabarkan sinopsis teater
daerah Dul muluk lakon Zainal Abidinsyah:
Alkisah di suatu negeri kehayat
yang diperintah oleh seorang raja yang bernama Bermansyah yang arif dan
bijaksana mempunyai seorang putra yang bernama Zainal Abidinsyah. Pada suatu
hari Zainal Abidinsyah pulang berburu. Ia hendak meminta izin kepada orang
tuanya untuk belajar ke negeri asing guna mencari ilmu pengetahuan untuk bekal
hidupnya dimasa yang akan datang. Setelah pulang berburu ia merasa lelah dan
akhirnya Zainal Abidinsyah tertidur, dan di dalam tidurnya ia bermimpi bertemu
seoarang putri yang cantik jelita, namun putri itu merasa ketakutan karena
dikejar-kejar oleh perampok atau Hulubalang. Tetapi Zainal Abidinsyah berhasil
mengalahkan Hulubalang, dan putri pun terkagum atas keberanian Zainal
Abidinsyah. Di dalam kisahnya Zainal Abidinsyah melantunkan lagu dan menari
dengan sang putri. Ketika Zainal Abidinsyah terbangun dari mimpinya ia merasa
sedih dan menanyakan kemana perginya putri yang ia temui.
Pada suasana kerajaan, raja Bermansyah menanyakan
maksud dan tujuan hidup Zainal Abidinsyah. Lalu Zainal Abidinsyah menjawab ia
ingin pergi belajar ke negeri asing dan syarat kedua Hadam (abdi) ikut serta
dalam perantauannya. Tak lupa pula nasihat dan petuah permaisuri selalu ia
ingat. Pedoman Zainal Abidinsyah kalau memerintah negeri tanpa ilmu pasti akan
hancur negeri warisannya. Walaupun dengan berat hati kedua orang tuanya
mengizinkan Zainal Abidinsyah dan kedua Hadam untuk belajar ke Negeri asing
guna perjuangan negeri di masa mendatang. Pada akhir cerita seluruh kerabat
istana mengantarkan kepergian Zainal Abidinsyah dan kedua Hadam untuk belajar
ke negeri asing.
Dari
sinopsis tersebut tokoh didalamnya tidak terlihat secara keseluruhan maka perlu
dilihat tokoh-tokoh yang terdapat didalam naskah secara keseluruhan, dan Jones menyatakan penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita (Jones,
Edward H. dalam Dhony, 2014 : 45) dan berikut ini para pelaku teater
Dul muluk dalam Syair Abdulmuluk Jauhari: (1) Sultan Abdulmuluk, ialah raja yang
berwajah tampan, berwibawa dan gagah
berani; (2) Sultan
Abdulhamid Syah, ialah ayah Sultan Abdulmuluk yang berwajah tampan, berwibawa
dan gagah berani; (3) Wasir Suka, ialah penasehat raja; (4) Sultan Syabudin Hindi, ialah seorang Raja dari
Negeri Hindustan yang memiliki sifat jahat dan kejam (antagonis); (5) Permaisuri Siti Rofea, ialah
istri pertama Sultan Adbulmuluk memiliki wajah yang cantik, dan mempunyai wibawa. Siti
Rofea dalam kisahnya ikut terjun langsung membela suaminya dan melawan musuh suaminya yaitu Hulubalang 7 yang
terkenal sangat jahat; (6) Permaisuri Siti Rahma, ialah istri kedua Sultan
Abdulmuluk.
Siti Rahma
memiliki wajah yang cantik rupawan, dalam ceritanya Siti Rahma diculik oleh Sultan
Syabuddin Hindi. Sultan Syabuddin sangat mengagumi Permaisuri
Siti Rahma
sehingga Siti Rahma diculik untuk dijadikan istrinya; (7) Siti
Arohalbani, ialah istri ketiga Sultan Abdulmuluk; (8) Hulubalang, ialah perampok
dan musuh
Sultan Abdulmuluk memiliki wajah yang sangat menakutkan, jelek dan
berwatak jahat; (9) Mak Dayang, ialah orang
kepercayaan permaisuri
yang memiliki
sifat keibuan yang merawat dan mengasuh permaisuri; (10) Hadam, ialah pengikut setia Sultan Abdulmuluk yang memiliki sifat suka menghibur
(komedian).
Teater
Daerah Dul muluk Sebagai Media
Pembelajaran
Teater daerah Dul
muluk Palembang merupakan salah satu media pembelajaran karakter bagi
masyarakatnya, sesuai dengan pandangan Supriyadi, drama atau teater sebagai
sarana atau media pendidikan tidak perlu diperdebatkan lagi. Drama menjadi
media pendidikan yang cukup efektif disamping lembaga-lembaga formal
(Supriyadi,2013:95). Pertunjukan teater Dul muluk mengandung nilai-nilai luhur budaya
melayu Palembang
yaitu pesan moral yang disisipkan lewat pertunjukan yang di sampaikan melalui
dialog sang aktor dimana pesan-pesan moral ini dapat menjadi pegangan dan
pedoman bagi kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai moral yang di pesankan pada pertunjukan
teater Dul muluk dianggap berhasil apabila
fungsinya sebagai tuntunan dan tontonan dapat disajikan dengan seimbang dan
selaras. Dimana tuntunan yang dimaksud adalah tuntunan yang mengarah pada ranah
pendidikan (pedagogis).

Pertunjukan Dul muluk oleh mahasiswa salah satu
perguruan tinggi di Palembang
( Photo : Riki, Oktober 2014 )
Penyampaian nilai-nilai moral dalam pertunjukan teater
daerah Dul muluk Palembang dapat dilihat melalui
tema yang diangkat dalam ceritanya, seperti tema yang diangkat dalam teater Dul muluk dalam lakonnya Zainal Abidinsyah termasuk tema
tradisional, karena diangkat dari karya sastra lama yaitu syair Abdulmuluk yang dikembangkan lagi ke
dalam teater masa kini. Lakon Zainal
Abidinsyah lebih mengutamakan tema sosial yaitu pandangannya terhadap dunia
pendidikan, petuah dan nasihat orang tua, kepatuhan terhadap orang tua,
mencintai dan menghargai arti sebuah kesetiaan, serta tidak melupakan agama
karena agama merupakan pedoman menuntun kebaikan.
Potongan naskah dalam adegan teater
daerah Dul muluk dengan tema utama
(mayor) yang terdapat dalam naskah dialog lakon Zainal Abidinsyah:
Pengawal masuk ke dalam, tak
lama kemudian Sultan Abidinsyah keluar bersama pengawal.
Abidinsyah: Ananda hadir Ayahanda dan
Ibunda.
R. Bermansyah: Ananda Abidinsyah, Ayahanda bertanya
tentang dirimu, coba kau uraikan kepada Ayahanda dan Ibunda supaya kami dapat
keterangan darimu.
Abidinsyah: Daulat Ayahanda dan Ibunda,
semenjak ananda dibesarkan, dari kecil sampai dewasa, cukup semua tidak ada
kekurangan, apalagi ilmu yang diberikan oleh Guru kepada Ananda, sudah semua
ananda pelajari sama sekali, begitu saja ananda kepada Ayahanda, bunda di dalam
negeri.
Permaisuri: Ananda Abidinsyah begitulah
seorang anak harus patuh terhadap guru, selain kedua orang tua, dan apalagi
yang ananda pinta kepada Ibunda, pasti kami kabulkan, jangan saja meminta bulan
dan bintang.
Abidinsyah: Duli Ibunda, ananda minta izin
kepada Ayahanda dan Ibunda, ananda ingin sekali belajar ke Negeri Asing untuk
menambah pengetahuan nantinya kalau ananda memerintah tidak banyak mempunyai
ilmu pasti akan hancur Negeri warisanmu Ayahanda.
R. Bermansyah: Anakku Abidinsyah, benar sekali apa
katamu belajar sangatlah berguna dalam hidup, dari kita lahir hingga kita
meninggal, dalam hidup kita wajib belajar. Belajar apa saja yang berguna,
berguna bagi diri sendiri, ataupun untuk orang lain. Apalagi engkau nantinya
akan menjadi pemimpin. Baiklah Ayahanda izinkan engkau belajar ke Negeri Asing
setelah selesai pelajaranmu cepatlah kembali.
Permaisuri: Anakku Abidinsyah kalau jadi
pemimpin, hadis dan dalil hendaklah yakin. Binalah olehmu orang yang miskin
supaya dirimu jadi terjamin. Di dalam Al-quran ada firman: hadis dan dalil
adalah pedoman janganlah jalan kezoliman supaya negeri makmur dan aman. Kalau
kau nanti duduk di atas tahta, engkau janganlah dusta, bangunlah desa dan kota
supaya dinikmati rakyat semesta.
R. Bermansyah: Anakku Abidinsyah ketiga dusun
Tanjung Balai, termasuk juga Tanjung Agas, kau bekerja janganlah lalai,
hati-hatilah menjalankan tugas, kau adalah generasi muda, harapan kami penerus
perjuangan di dalam Negeri.
Abidinsyah: Terima kasih Ayahanda dan
Ibunda pesan dan nasihat akan ananda sematkan di dalam hati, jika berjalan
kujadikan tongkat jika tidur kujadikan bantal.
R. Bermansyah: Pengawal kau panggil kedua Hadam
datang kemari.
Dapat
di lihat pada potongan-potongan
dialog tersebut pesan moral yang disampaikan yaitu pesan menghargai orang yang
lebih tua termasuk patuh kepada guru, juga sebuah motifasi untuk menuntut ilmu
yang lebih tinggi kepada generasi muda. Tidak hanya itu pesan moral yang
disampaikan pada potongan kecil dialog diatas tidak luput pula sebuah pesan bagaimana
menjadi seorang pemimpin yang baik.

Salah satu adegan Dul muluk
cerita Zainal Abidinsyah
( Photo : Riki, September 2014
)
Begitu juga pada tokoh-tokoh yang
ada dalam teater daerah Dul muluk, tokoh
berperan sebagai orang yang terpelajar atau intelektual di mana ia dapat
bertindak sebagai seorang pendidik atau guru yang dapat menyampaikan pesan
moral yang baik kepada masyarakat pendukungnya. Salah satu pesan pendidikan
atau pesan moral dalam pertunjukan teater Dul muluk
yang disajikan di kota Palembang pada
sebuah event, berupa ajakan kepada masyarakat agar mewajibkan belajar pada
anaknya selama 12 tahun yang disampaikan melalui dialog tokoh Hadam 1 dan Hadam
2. Tokoh Hadam di dalam teater Dul muluk
merupakan tokoh yang bersifat sebagai penghibur atau lawakan, adapun dialog
yang disampaikan adalah sebagai berikut.
Hadam 2: Hai
wakyeng, (menghampiri Wakyeng bersalaman) apa kabar?
Hadam 1: Aiy baik-baik bae Mangdul, mak mano kabar
kau pulok?
Hadam 2: Syukurlah
Wak Yeng, pertamo kito samo-samo sehat, makonyo kito harus mensyukuri nikmat
sehat. Karena dengan sehat, kito biso begawe. Bener dak Mangdul.
Hadam 1: Bener nian Wakyeng, cubo kalau kito
sakit, idak pacak sekolah, rugi kito, karena belajar itu, sangat….sangat
penting untuk masa depan kito, dan bangsa kito ini.
Hadam 2: Bener… bener itu, bayangke bae, kalau
rakyat negeri ini bodoh cakmano masa depan bangso kito.
Hadam 1: Iyo
nian, makonyo, mak ini pemerintah menggiatkan wajib belajar 12 tahun, supayo
paling idak rakyat negeri ini bisa tamat SMA galo, jadi idak terlalu bodoh
nian.
Hadam 2: Mak ini kesempatan buat rakyat negeri
ini. Makonyo jangan disio-sioke, cepetlah yang punya anak umur 7 sampai 12
tahun, jangan tidak disekolahke, bener idak Wakyeng?
Hadam 1: Betul ! ini kito sekedar ngingetke pada
rakyat negeri ini.
Beberapa contoh dialog yang telah disampaikan oleh tokoh
Hadam 1 dan Hadam 2 terdapat pesan moral atau pesan pendidikan yang mengangkat
atau mendorong dengan memberikan motifasi agar mengindahkan pendidikan dan
memberikan harapan kepada generasi penerus karena pendidikan yang baik adalah
jaminan masa depan bangsa dan negara.
PENUTUP
Teater Dul muluk mempunyai aspek-aspek daya tarik yang melebihi dari
teater mula seperti yang sudah disajikan dalam bentuk panggung, cerita
divisualisasikan secara verbal dalam bentuk penokohan, adegan, musik, kostum,
sehingga masyarakat menjadi sangat tertarik. Dimana teater daerah Dul muluk palembang merupakan cerminan kehidupan masyarakat
palembang yang dapat menjadi panutan dan pembelajaran bagi generasi penerus
pada masyarakat palembang sendiri, jika dilihat dari sisi pendidikannya pertunjukan
teater Dul muluk banyak mengandung
nilai-nilai moral yang baik terhadap pengembangan karakter bangsa untuk lebih
baik. dengan melestarikan dan mempertahankan kesenian tradisi teater rakyat Dul muluk sebenarnya telah menjalankan
tujuan pendidikan nasional sepenuhnya. Sedangkan kondisi pendidikan yang terjadi
saat ini cendrung sentalistik dan birokratik memfokuskan pada pendidikan
formal, sedangkan untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional tidak cukup
melalui instansi pendidikan formal saja tetapi juga melibatkan kehidupan sosial
sekitar.
Pertunjukan
Dul muluk yang telah menjadi populer
di kalangan masyarakat itu menjadi
media yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan atau misi-misi yang diharapkan
oleh pendidik dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk itu perlunya
perhatian dan pelestarian terhadap kesenian tradisi teater daerah Dul muluk lebih lanjut, sehingga salah
satu media pembelajaran karakter bangsa akan tercapai.
KEPUSTAKAAN
Depdiknas. 2003. UU Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.
Dhony, Nugroho Notosutanto
Arhon. 2014.
Tesis “bentuk dan struktur
pertunjukan teater dulmuluk dalam lakon zainal abidinsyah di palembang”.
Surakarta: ISI Surakarta.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama ( Apresiasi, Ekspresi, dan
Pengkajian ). Yogyakarta: P T Buku Seru.
Harymawan,Rma. 1986. Dramaturgi. Bandung: PT
Rosdakarya.
Saleh,
Abdullah dan Dalyono. R. 1996. Kesenian
Tradisional Palembang Teater Dulmuluk.
Palembang: Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kotamadia Palembang.
Supriyadi. 2013. Teori
dan Apresiasi Drama/Teater. Palembang:
Maheda Utama jaya.
Tilaar, H.A.R. 1992. Manajemen Pendidikan
Nasional kajian pendidikan masa depan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pratiwi, Yni & Siswiyanti,
Farida. 2014. Teori Drama dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
[1]Tembang
Kisoh adalah
pantun yang dinyanyikan pada awal pergelaran Dulmuluk diadakan (Udin,
Wawancara: 01 Maret 2014 dalam Dhony, 2014: 35.).
[2] Jubung adalah bagian belakang pentas, ruang
tempat berhias yang juga berfungsi sebagai ruang tunggu bagi para pemain
(Dalyono dan Saleh, dalam dalam Dhony,
2014: 36.).
[3] Bermas adalah salam pembuka dan penutup dalam
pementasan Teater Dulmuluk (Dalyono dan saleh, dalam Dhony, 2014: 37.).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar